• DISAVOWED

    Setelah BELPHEGOR, Jogja Brebeg akan datangkan DISAVOWED

  • VORTEX

    Band metal asal Jogja ini telah merilis demo terbaru mereka yang berisikan 2 lagu, "Feared" dan" Sintas"

  • MONOTEISME

    Setelah merilis single perdananya, MONOTEISME melanjutkan kekejaman slamming brutal death metal dengan merilis single kedua berjudul "Entitas Kemahakuasaan"

  • FOREST GET NOISE Chapter IV

    Di bulan September, BBF bakal kembali menggelar event metal dengan konsep camp, yakni FOREST GET NOISE Chapter IV

  • HORUSH

    Bersama dengan label asal Bandung, yakni Horrible Creation, unit death metal asal kota Jogja, HORUSH akan merilis album perdana mereka yang bertajuk Armageddon

Selasa, 14 Desember 2021

Interview MONOTEISME Bersama Dheny

 



Interview BEASTS MEDIA dengan Dheny, gitaris MONOTEISME, Slamming Brutal Death Metal dari kota Tegal,Indonesia.

⦁ Beasts Media : Pertanyaan pertama, sebelum membahas MONOTEISME lebih jauh, kita pengen tahu dulu gimana ceritanya ada sampai ada band MONOTEISME ini?

   Dheny : Berawal dari social media ya, seorang vokalis yang bernama Reza itu mengungkapkan keinginannya untuk membuat band. Yang kemudian saya sendiri (Dheny) sebagai gitaris mengajaknya (untuk membuat band).


⦁ Beasts Media : Band apa yang kalian rasa paling berpengaruh di music MONOTEISME apa aja sih? 

   Dheny : Untuk yang pertama Extermination Dismemberment ya, menu8rut kami cukup berpengaruh di band ini. Kemudian dari Indo nya,Sensor Motorik


⦁ Beasts Media : Kalau dari para metalhead kan banyak yang menyebut music MONOTEISME ini slamming brutal death metal. Nah kalau menurut kalian sendiri, menjabarkan music yang kalian mainkan ini sendiri seperti apa? 

   Dheny :  Mungkin sama, kami menjabarkan musik kami sebagai slamming brutal death metal, selebihnya terserah metalhead menjabarkannya masing-masing.


⦁ Beasts Media : Dalam tiap perjalanan band kan pasti ada kendala , misal biasanya dari player kan susah nyari waktu karena kesibukan, atau yang lain. Nah di MONOTEISME ini sendiri kendala apa yang menurut kalian paling berat selama ini, selama ngeband di MONOTEISME , mulai dari awal ngeband, sampai saat ini .

    Dheny : Ya kami bersyukur dalam perjalanan ini belum ada kendala apa-apa. Ya kendala masih bisa ditangani lah sama kita masing - masing.


⦁ Beasts Media : Untuk MONOTEISME ini, yang paling menjadi otak untuk lagu-lagu  MONOTEISME siapa sih?

   Dheny : Yang menjadi otak Rezauntuk membuat lirik, dan saya sendiri sebagai gitar dalam membuat riff-riff dan materi gitar


⦁ Beasts Media : Gimana ceritanya bisa join sama Ear fussion?

   Dheny : Awal bewrgabung dari Earfussion itu dari saya sendiri ya, melihat di salah satu channel youtube sebuah interview mas Riri (Ear Fussion).  Terus saya tertarik ,dan mencoba menghubungi lewat dm (instagram)


⦁ Beasts Media : Menurut kalian, siapa orang yang paling getol buat dorong MONOTEISME berkarya, dari player sendiri dan dari orang luar MONOTEISME . 

  Dheny : Semuanya sih, Dari masing -masing personil cukup semangat. Terlebih saya dan Reza yang menjadi kepaladi band ini.


⦁ Beasts Media : Menurut akalian apa yang akan jadi kunci utama agar kalian tetapbisa eksisdi sunia musik metal, karena kan banyak juga band yang belum bisa menyelesaikan karya-karyanya tapi terlanjur menghilang.

  Dheny : Mungkin kita akan terus semaksimal mungkin untuk berkarya untuk tetap eksis di scene metal ini.Terutamadi scene slamming Indonesia.


⦁ Beasts Media : Ini kan kemaren single kalian telah rilis , gimana perasaan kalian setelah menyelesaikan single ini?

  Dheny : Cukup lega, karena apa yang menjadi keinginan kita masing-masing sudah tercapai. Dan Ear Fussion sendiri memberikan treat kepada kita lebih bagus, jadi kita juga tambah semangat.

 

⦁ Beasts Media : Gimana reaksi metalhead dengan single kalian?

  Dheny : Cukup kaget, karena diawal kita diam-dian.Dan kagetnya mereka gak tau apa-apa tentang Monoteisme, tau - tau udah merilis single


⦁ Beasts Media : Paradoks, kenapa pilih judul ini buat single kalian, dan apa makna/artinya?

   Dheny : Sedikit yang bisa saya ceritakan arti dari paradoks ini. Paradoks ini menceritakan tentang pencitraan dan realita kehidupan yang paradoks di dunia ini. Dan selebihnya yang bisa menjabarkan ya Reza sendiri yang membuat liriknya.


⦁ Beasts Media : Sedikit melenceng dari pembahasan album, kita pengen tahu.. Kenapa kalian suka dengan death metal ? Atau lebih khusus juga, kenapa memilih memainkan slamming death metal?

  Dheny : Ya mungkin kita lebih merasa ini musik yang cukup berat bagi kami, namun santai. Cukup membuat moodbooster lah bagi kami.


⦁ Beasts Media : Kalo nggak salah kan player di MONOTEISME ini kan juga ada yang mempunyai band lain. Itu siapa aja dan band apa? Dan menurut mas kalian, seberapa berpengaruh sih pengalaman di band lain tersebut buat MONOTEISME ini sendiri.

  Dheny : Ya betul,saya dan Alvin yang tergabung di Triumvirat Cruel. CUkup berpengaruh untukMonoteisme, karena apa yang tidak bisa kami tuangkan di band satunya bisa kami tuangkan di Monoteisme


⦁ Beasts Media : Diluar band , apa kesibukan masing-masing player?

  Dheny : Masalah kesibukan, seperti biasa,kita masing-masing punya pekerjaan ya, nguli 


⦁ Beasts Media : Sebelum kita akhiri nih obrolan nya, ada pesan-pesan ga buat para metalhead, dan temen-temen band lain , terutama yang belum bisa merilis karya mereka, biar semangat dan bisa merilis karyanya seperti kalian.. 

  Dheny :  Tetap berkarya, semangat jangan sampai down, walaupun banyak kendala di dalam band itu. Itu kunci utama agar band tetap dapat menelurkan sebuah karya




Kamis, 04 November 2021

"Paradoks", sebuah titik awal bagi MONOTEISME, slamming brutal death metal dari Tegal


    "MONOTEISME" adalah salah satu band slamming brutal death metal yg lahir di kota Tegal pada September 2021. Berawal dari sosial media, sang vocalis Reza Adi yang tadinya hanya sebagai penikmat musik menginginkan punya band untuk ikut andil dalam berkarya melalui band. Dan di salah satu kolom komentar Reza Adi meluapkan keresahan tersebut. Tidak sengaja Dheny pun sebagai kerabat nya melihat luapan itu, yang kemudian mengajak Reza untuk membentuk sebuah band yang bergenre slamming. 

    Berawal dari situlah, mulailah dicari nama yang pas untuk band ini.Dengan idenya Reza ternyata sudah terkonsep sebelumnya. dan tercetus lah nama MONOTEISME. Tidak lama kemudian bergabung lah Alvin dan Roy Rukhin yang merupakan kerabat Dheny menambah kebuasan di band ini. Dan untuk saat ini MONOTEISME di gawangi oleh 4 pemuda, yaitu Reza Adi (Vocal), Dheny (guitar) Alvin (Bass), dan Roy Rukhin (Drum).

    Dalam waktu dekat, MONOTEISME bakal merilis single perdananya yang berjudul "Paradoks" dibawah naungan Ear Fussion. Lagu ini bercerita tentang pemuka agama di masa lalu namun paradoks. Single ini menjadi tentu akan menjadi sebuah titik awal bagi Monoteisme untuk terus berkarya di dunia musik metal. Dikabarkan, band ini juga tengah mempersiapkan materi untuk merilis EP tahun depan. 



 

Kamis, 21 Oktober 2021

"Chapter II: The World Breed Despair" Jadi Salam Perkenalan PRISMAL DAWN

 

  

  Di scene musik tanah air, ada banyak sekali band metal yang lahir setiap harinya. Masing-masing membawa banyak sekali hal menarik baik dari sisi lirik, musik, maupun ideologi. Apalagi metal merupakan genre musik yang sangat luas cakupannya dan merupakan genre yang sangat terkenal bebas mengekspresikan apapun di dalamnya. Bicara soal skena musik metal, di Indonesia, Bekasi menjadi salah satu wilayah yang punya cukup banyak jagoan-jagoan metal. Salah satu yang sudah terkenal seantero Indonesia adalah Viscral. Band yang sudah memulai perjalannya sejak 2007 di dunia metal Indonesia ini telah memberikan banyak kontribusi buat skena metal Indonesia. 

    Selain pernah menjelajah panggung tanah air, Viscral juga beberapa kali mentas ke luar negeri. Selain Viscral, masih ada beberapa band lagi yang kiprahnya sudah tidak diragukan lagi. Bicara soal Bekasi dan genre metal, ada satu band baru yang ingin membagikan karyanya ke khalayak ramai. 

    Dia adalah Prismal Dawn, band beraliran melodic death metal yang telah menelurkan single debutnya beberapa waktu lalu. Prismal Dawn sendiri mengaku terpengaruh dari band-band Swedish death metal yang juga lekat dengan genre melodic death metal seperti Arch Enemy, At The Gates, dan The Black Dahlia Murder. Uniknya, band ini terbentuk di tengah pandemi COVID-19. Merasa ingin mengekspresikan diri sekaligus melestarikan genre melodic death metal, band ini akhirnya terbentuk. Diawali oleh dua orang yaitu Dede Iskandar di posisi gitar dan Adi di posisi drum, band ini mulai menyusun materi serta mencari personel. 

    Lambat laun materi mulai terkumpul dan beberapa orang mulai bergabung ke dalam band ini. Pertama posisi bass diisi oleh Jar dan gitar kedua diisi oleh Tiro. yang ternyata Jar tidak bertahan lama bersama Prismal Dawn. Keharusannya memilih dan fokus di salah satu bandnya membuat dia terpaksa harus angkat kaki. Posisi kosong di bagian bass ini kemudian diisi oleh Hilman. Menariknya, bergabungnya Hilman ke dalam band tidak jauh dari Zakiy yang mengisi posisi vokal. Kedua personel ini bergabung dan mampu membantu Dede dan Adi merampungkan single perdana Prismal Dawn. Adalah kesamaan selera bermusik yang pada akhirnya membuat Prismal Dawn tetap kokoh untuk merampungkan materi-materi yang sudah mereka kumpulkan. Sejauh ini sudah ada lima materi yang siap mereka garap untuk dijadikan E.P atau full album. 

    Adalah Chapter II: The World Breed Despair yang menjadi single pembuka mereka untuk memperkenalkan diri dan melestarikan genre melodic death metal yang bisa dibilang kurang diekspos untuk saat ini. Di era modern seperti saat ini, genre seperti progressive metalcore, djent, dan deathcore menjadi genre yang sedang naik daun. Tapi Prismal Dawn memilih untuk tetap tampil “old school” dengan mengusung genre Melodic Death Metal yang sangat terkenal di akhir era 90-an sampai awal era 2000-an. Uniknya, meski mengusung genre Melodic Death Metal, Prismal Dawn juga mencampurkan ragam genre lain dari skena metal. Di lagu Chapter II: The World Breed Despair, Prismal Dawn menggunakan riff-riff gitar dengan distorsi super tebal yang menjadi ciri khas band Melodic Death metal. 

    Sedangkan pada bagian drum, mereka memilih untuk mengisinya dengan sentuhan-sentuhan Thrash Metal. Dengan perpaduan yang ciamik ini, lagu yang disajikan lebih bertenaga, cepat, namun tetap menjadi lagu yang bisa dinikmati banyak orang. “Konsep awal dari musik yang kami usung terutama dari single yang sudah kami rilis adalah menyajikan musik yang masih bisa dinikmati oleh para metalhead. Musik ini tidak begitu kencang, tapi tetap mempertahankan sisi buasnya.” “Adapun Chapter II: The World Breed Despair memiliki kisah mengenai seseorang yang menuhankan ilmu pengetahuan tanpa menganggap bahwa sang pencipta itu ada.

    Orang-orang ini berpikir bisa melakukan segala hal tanpa adanya campur tangan yang maha kuasa. Pada akhirnya orang-orang tersebut terjebak dalam keputusasaan di mana sebenarnya mereka adalah makhluk yang tidak bisa melakukan segalanya sendiri.” Selain ingin mewujudkan E.P atau full album, mereka juga kini fokus untuk mencari gigs khususnya di area Jabodetabek untuk memperkenalkan lebih luas lagi musik mereka kepada para metalhead. Chapter II: The World Breed Despair sendiri sudah resmi dirilis di berbagai platform streaming musik seperti Spotify, Joox, dan Youtube.




Perkenalkan Vokalis Baru, BEBAS PUKUL Rilis Single "Primordial"

 


Setelah mengeluarkan single “Konfrontasi” di tahun 2020 kemarin, kali ini Bebas Pukul dengan formasi baru yaitu, Aldyra Yoga (Vocal), Tendik (Gitar), Faisal (Bass) dan Dedi (Drum), kembali mengeluarkan single terbaru di tahun ini dan diberi judul "Primordial". Materi ini sebetulnya dari album kedua mereka yang bakal rilis pada akhir tahun mendatang. Dari segi musik Bebas Pukul terinspirasi dari band-band seperti  : Jinjer, Gojira, Adrenaline Mob. Proses penggarapan lagu ini dikerjakan di Straight music studio yang ada di Bojonegoro. Lagu ini merupakan konsep yang berbeda dari album sebelumnya yaitu Noise Vol. 1, dan dari segi musikal lebih bereksperiment pada lagu ini. Dengan karakter vocalis baru tentunya menambah gairah baru serta warna baru bagi Bebas Pukul untuk kedepannya. Lagu ini sudah tersedia pada channel youtube mereka. Pada tahun ini Bebas Pukul sedang sibuk mengumpulkan materi untuk album kedua, dimana mereka ingin menyajikan music yang lebih berwarna.

Tentunya dengan materi baru ini, mereka juga memperkenalkan vocalis kami yaitu Aldyra Yoga, sekaligus memberikan gairah baru dan juga warna baru pada music, kehadiran vocalis ini tentunya menjadi gambaran konsep music untuk album kedua mendatang. Kendala pandemi yang melanda tidak menghambat kreativitas dalam berkarya. Pada tahun ini Bebas Pukul tepat menginjak usia 7 tahun semenjak band ini berdiri pada tahun 2014 lalu. Pergantian personil juga terjadi pada formasi ini yaitu, drummer kami sebelumnya Refli digantikan oleh Dedi yang sebelumnya juga merupakan personil Bebas Pukul.

“Kami sudah ada materi baru untuk album kedua, dan kami ingin memberikan penyegaran terutama dari segi karakter vocal Bebas Pukul. Kami ingin membuat materi yang lebih tematik dan juga album yang lebih terkonsep, sebuah album yang bakalan berbeda dari album sebelumnya, dan juga ada promo serta tur. Lagu Primordial ini juga merupakan pembuktian kepada khalayak ramai akan eksistensi Bebas Pukul yang masih terus berkarya, kami juga ingin memberikan (karya) yang baru dari segi penentuan sound, dan juga lebih heavy tentunya”.




Selasa, 05 Oktober 2021

Setelah 8 Tahun , GORE INSTINCT Akhirnya Siap Melanjutkan Kebengisan


 

    Siapa yang tidak tahu band asal Bandung ini? Untuk pecinta death metal, khususnya slamming brutal death, tentu nama Gore Instinct sudah tidak asing lagi, karena memang Gore Instinct adalah satu unit slamming brutal death metal yang sudah malang melintang sejak lama. Gore Instinct bisa dibilang penjadi penerus kesuksesan slamming era pertama, yang saat itu dimotori Venomed dan Turbidity . Kedua band yang mengeluarkan Demo pada tahun 2009 ini mengawali masa keemasan musik slamming di kala itu. Yang kemudian disusul band-band lain seperti Death Artery yang mengeluarkan album Chapter of Human End (2012) dan Gore Instinct dengan EP nya, Invasion of Body Slammer di tahun 2013.

    Setelah hampir 8 tahun sejak EP mereka rilis, kini band yang dimotori oleh Pungky Heriansyah ini tengah  mempersiapkan sebuah kejutan yang akan dirilis oleh Underrated Records. Dari pantauan akun official media sosial mereka, terlihat para player sudah melakukan rekaman. Akun official Underrated Records sendiri juga telah mengumumkan kabar bengis ini, dimana promo yang bertajuk "Orgasm Trough Putrid Stench" akan dipersiapkan. Jadi, bakal seperti apakah kebengisan dari Gore Instinct ? Tentu kita semua sudah tidak sabar untuk menanti hasilnya.


Minggu, 05 September 2021

"I Am Hanna", Kisah Boneka Hidup Sajian Dari MANNEQUIN GORETUARY Yang Dibungkus Musik Slamming Brutal Death

 


Salah satu unit slamming brutal death asal Yogyakarta, yakni Mannequin Goretuary, resmi merilis debut albumnya pada 31 Agustus 2021. Band yang dimotori oleh Riry (gitar, vokal) dan Riki (drum) ini bekerjasama dengan Dismembered Records dalam merilis “I Am Hanna”, judul album mereka.

Album ini berisikan 8 track membanting dengan total durasi lebih dari 30 menit, menawarkan riff-riff membanting dan groove dengan kombinasi blastbeat drum yang cepat. Mengambil konsep dan tema  sesuai dengan nama mereka (Mannequin), album ini menceritakan tentang perjalanan boneka hidup bernama Hanna yang mencari jati dirinya.

Dua vokal tamu yang dihadirkan, semakin menambah keganasan dari I Am Hanna. Andri Suryanto yang merupakan ex vokalis band-band berbahaya tanah air (Lumpur, Digging Up, Turbidity, Bleeding Corpse), mengisi satu track yang berjudul “A Story Begin”, sebuah cerita pembuka untuk perjalanan Hanna. Di tiga track berikutnya, yakni Mindless Torture, Hunting Down The Suspect, dan Agonize For Revenge, diisi oleh Calin Paraschiv, gitaris sekaligus vokal dari monster slamming brutal death asal Portugal, Analepsy. Tiga karakter vokal yang berbeda ini membuat komposisi album menjadi lebih kompleks.

“ Proses paling lama dari penggarapan album ini mungkin adalah mencari sound yang pas, karena kami (band) dan label ingin mencoba sesuatu yang berbeda dari music sejenis pada umumnya “ ungkap Riry .

Riki sang drummer menambahkan bahwa pandemi juga menjadi faktor yang menyulitkan, “ Selama pandemic, player jadi jarang ketemu, jarang latihan. Tapi sisi positifnya, penulisan draft materi lebih cepat, karena dipaksa dirumah saja. Mau gak mau ya berkarya, harus berkarya!! “ .

Selain rilis fisik, album ini juga bisa kalian nikmati lewat platform-platform digital seperti Spotify, Joox, Amazon Music, Youtube Music, I Tunes dll. 


MANNEQUIN GORETUARY 

Asal : Jogjakarta, Indonesia 

Genre : Slamming / Groove Brutal Death Metal

Label : Dismembered Records 

Member : Riry – Gitar, Vokal, Bass Session Riki – Drum 

Connect with Mannequin Goretuary :

https://www.instagram.com/mannequin_goretuary/

https://facebook.com/mgoretuary

https://open.spotify.com/album/3Pto4U1pdyjEzm7QmUR2vi



I AM HANNA (Debut Album) 

Rilis : 31 Agustus 2021 

Label : Dismembered Records 

Tracklist : 

1. In The Beginning 

2. A Story Begin (Ft Andry Suryanto) 

3. Mindless Torture (Ft Calin Paraschiv)

 4. Hunting Down The Suspect (Ft Calin Paraschiv) 

5. Agonize For Reveng (Ft Calin Paraschiv) 

6. Neglected With Hatred 

7. Noxious Girl 

8. An Answer


Rabu, 05 Mei 2021

"Live From Down Below", Live Session Video Yang siap dilepaskan CRASHEAD via Winsome Incorporation

     


    Suara-suara itu terdengar dari sebuah kota di tengah pulau Jawa. Suara yang berbalut amarah dan hentakan kesadaran tentang ketidakadilan. Amarah terdengar kuat dalam setiap baris lirik yang dilontarkan. Menggelegak dengan distorsi yang kuat unsur hardcore-nya. Crashead adalah band hardcore yang berasal dari Kota Solo, kota yang dalam beberapa waktu menjadi pusat perhatian dengan segala dinamika kuasa-Nya. Mereka muncul bak penguat para penyeimbang suara dari ranah seniman. Kemudian mengawali 2021 dengan sebuah peringatan menjadi momentum bagus untuk Crashead bersuara. 

    Paling tidak menjaga niat karya dan idealisme tetap bergerak pada rel-nya. Berkutat dengan oldskool hardcore sedari awal muncul, membuat kawanan Ari Fajar Yunanto (bass/vokal), Thomas Suryo Aji (gitar), Yusi Ridho Arfanda (drum) dan Hafidz Nufus (vokal) haru kukuh bertanggung jawab. - Niat rilis mini album tahun 2021 harus diluncurkan, Dan dengan dibantu oleh rekan rekan dari WINSOME INCORPORATED maka terselenggaralah sebuah live studio session atau live session yang merupakan salah satu program baru yang dibentuk oleh Wildhan Andhi dan team hebat dari Winsome Incorporated.

     Dan Crashead termasuk salah satu pertanda dimulainya ritus yang diberi nama Live From Down Below ini. Dan dikerjakan didalam studio music milik Winsome sendiri. Setelah sukses dengan marathon gigs No Sun For Tomorrow yang cukup menghebohkan karena Winsome tidak tanggung tanggung dalam memainkan band pengisi seperti Hexis, Grace, Warthole, Depresi Mayor dan masih banyak lagi. - Dan dalam sesi ritus kemarahan kali ini Crashead berkesempatan membawakan 4 peluru tajam, yang diambil dari stock amunisi mini album dari Crashead yang diberi nama Struggle. Peluru peluru itu bernama Into The Rage, Disobey, Struggle, Anjing Tirani. Dan dengan diselingi sebuah interview singkat dibalut dengan guyonan ala ala tongkrongan dan tentunya tetap santai dalam membahas serba serbi skena bawah tanah di kota Bengawan ini.

    Dengan diadakannya program Live From Down Below ini semoga bisa membuat sebuah gebrakan baru diskena music tanah air tekhusus local, karena Indonesia tidak melulu soal Jakarta, Bandung, Semarang, dan kota kota yang sering disebut kota besar lainnya. Indonesia masih mempunyai Solo, yang notabene banyak bibit bibit unggul dalam hal kesenian yang kurang mendapat perhatian. Semoga juga bisa Saling bersinergi, karena dari sini Crashead juga belajar bahwa semua bisa terkoneksi dari musisi, sound enginer, fotografer dan vidiografer semua ikut terjun. Dan program ini rencananya akan ditayangkan pada tanggal 8 Mei 2021 via platform Youtube dalam channel Winsome Tv.

Jumat, 30 April 2021

"Cakalele", Alunan Crust Black Metal Yang Menjadi Debut Album PUKAR


 

    Band Crust Black MEtal asal Maluku Utara yang merantau di Bandung, yakni Pukar, merilis album perdana di platform digital dan rilisan fisik berupa limited boxset, pada tanggal 22 April 2021 dan diberi tajuk "Cakalele". 

    Sedikit cerita, Pukar ini dibentuk di tahun 2019 oleh Reza dan Amank, yang pada saat itu membicarakan masalah-masalah dalam negeri seperti legalisasi ganja, HAM, KKN, dan propaganda lainya. Dari situlah diputuskan membuat proyek musik, yang sebelumnya bernama Duo Coblong, karena posisi mereka saat itu di kecamatan Coblong, Bandung. Namun seiring waktu, mereka bertekad untuk membawa budaya dari Maluku Utara, yakni Ternate, maka kemudian dipilihlan nama Pukar, yang seperti merupakan kata makian yang terlontar saat marah, terintimidasi ataupun terancam. Pukar kemudian membuat sebuah single yang berjudul Propaganda Mary, yang mengangkat permasalahan dari kasus fidelis yang menanam ganja demi pengobatan istrinya, namun kemudian harus ditangkap karena permasalahan tersebut. Dan kemudian disusul dengan lagu kedua berjudul New Normal, hingga akhirnya hasil pemikiran mereka berhasil membuahkan debut album di tahun 2021 ini. 

    ALbum mereka yang berjudul Cakalele ini sendiri terinspirasi dari tarian perang/ perlawanan. Sebuah pesan yang tersirat dan ingin disampaikan oleh Pukar adalah, " Sesuatu bisa saja terjadi entah siapa dan apa yang terjadi besok, Semua ada sebab dan akibat, kepentingan dan kekuasaan, propaganda dan isu, serta doktrin dan pandemi pun bisa terjadi, entah untuk siapa??? disini kita sebagai masyarakat hanya mencoba memahami bagaimana kehidupan kita yang dulu Normal bisa kembali seperti semula"

Senin, 05 April 2021

VISCRAL Lepasliarkan Album kedua bertajuk "Entrance Into Terryfing Imagery"

   



 Penantian 6 tahun pasca rilisnya debut album Viscral bertajuk Egocentric Underneath Of Horror terbayar sudah. Album sophomore mereka akhirnya dilepasliarkan secara resmi tanggal 23 April 2020. Kuintet bengis asal Bekasi, Jawa Barat tersebut sebenarnya telah merampungkan album kedua mereka sejak tahun 2019 dan direncanakan untuk dibawa saat mereka menghajar Eropa lewat program The Devourer Tour 2019 - program tur bersama Deadsquad lewat 5 pertunjukan di 4 negara: Jerman, Ceko, Swiss dan Belanda. Namun karena beberapa hal,urung direalisasikan.

    Track no.2 berjudul “Impulses To Kill” jadi gerbang utama memasuki kebrutalan album kedua mereka. Dirilis perdana lewat art video pada Juni 2020, lalu dimainkan di program drum playthrough dan guitar playthrough, track tersebut makin menegakkan pondasi death metal yang telah dibangun Viscral sejak 2007. Dalam album kedua ini, Viscral meracik musik yang jauh lebih cermat dibanding album debutnya. Dari segi produksi sound, banyak terdapat perubahan. Terutamanya karena penambahan senar sehingga register nadanya jadi lebih berat.

Aransemen yang lebih kompleks dengan sentuhan riff gitar modern dan old- skool jadi senjata utama di album ini. Grooves yang membuat kepala dan badan tak kuasa menahan gempuran untuk meliar jadi dasar yang tebal nan kokoh. Ditambah vokal growling yang khas, album ini layak jadi salah satu yang paling dinantikan penikmat musik ekstrim. Bermuatan 9 lagu termasuk 1 intro sebagai title-track, album ini sering jadi obrolan tongkrongan metalheads tanah air. Termasuk juga mereka yang sempat menyaksikan aksi mereka saat bertandang ke Eropa. Sebagian besarnya selalu menanyakan “kapan albumnya rilis?” Album ini memang begitu ditunggu khalayak brutal death metal.

Faisal Noviandy (gitar) jadi pencipta riff utama di 5 lagu, Liga Radensha (gitar) di 4 lagu lainnya. Tentunya tidak terlepas dari peran Eggi Pradia (vokal), Yogi Praja (drum) dan Jannova (bass) dalam proses kreatifnya. Proses penulisan lagu-lagunya berlangsung sejak tahun 2018. Dari departemen lirik, tak ada perbedaan dari album debut. Masih meneriakkan perih kekejaman, pembantaian, ambisi dan tindakan psikopat yang erat dengan musik brutal death metal. Artwork-nya dikerjakan oleh salah satu artworker terbaik Eropa asal Russia yaitu, Andreas Christanetoff. Rekaman, mixing dan mastering dikerjakan oleh Jafar Sadik di Apache Studio, Bekasi.

"Album ini dikerjakan lebih serius dari sebelumnya, karena proses membuat dan menjalankannya dilaksanakan dengan cermat, kami banyak menyematkan part- part groovy agar bisa dinikmati oleh pecinta musik death metal dimanapun. Namun secara keseluruhan kami tetap menjaga ciri khas musik Viscral"  ujar Eggi.

"Kesempurnaan brutal death metal jaman sekarang ada disini dan layak untuk dijadikan barometer perkembangan death metal Indonesia" tambah Deddy Permadi selaku penggagas Indonesian Death Metal Forum sekaligus vokalis Cadavoracity.


Kamis, 04 Maret 2021

KILLER OF GODS siap kembali dengan kebrutalan mereka

     



Skuad brutal death metal asal Semarang, Killer Of Gods, siap berlaga kembali. Pasca album “Alliance The Damned Fortress” yang diluncurkan tahun 2019, terjadi perombakan besar pada tubuh band yang saat ini menyisakan Yusuf (drum), Ferdy (gitar), Mesakh (bas) dan Ijal pada vokal. Formasi ini berpengaruh pada haluan musik yang diusung Killer Of Gods untuk album selanjutnya (Album ke-4), dimana grup ini memilih kembali pada pakem brutal death metal yang agresif seperti yang mereka mainkan pada era awal mereka.


    Tentu saja hal ini dibuktikan lewat dua nomor yang dirilis Killer Of Gods, “Internal Decay” dan “Globalist Controlled” yang mana akan terdengar jauh berbeda dari materi sebelumnya. Tanpa konstruksi lagu yang progresif atau permainan penuh teknik, kali ini Killer Of Gods menampilkan riff-riff kasar, hantaman blast beat yang barbar dan rapat, serta geraman vokal yang dalam.


    Seperti terhunjam oleh pisau berkali-kali hingga tembus ke belakang. Dua nomor ini dirilis Killer Of Gods sebagai single promo guna merayakan 10 tahun eksistensi mereka dalam ranah musik underground. Sementara itu, grup ini masih merampungkan materi untuk album mendatang.


    Sebelumnya Killer Of Gods lebih banyak dikenal lewat komposisi technical death metal seperti yang dibawakan pada dua album terdahulunya, “Mental Retardation Force” (2016) dan “Alliance The Damned Fortress” (2019) serta album pertama “Replica To Hell” (2013). Grup ini juga telah melanglang buana ke berbagai panggung musik ekstrem sejak dibentuk tahun 2011.





Selasa, 02 Maret 2021

COSINUZ Persiapkan Peluncuran Album Di Pertengahan 2021

 

    Band asal Karawang, Jawa Barat yang berdiri di 23 oktober 2016 ini, di formasi terakhirnya telah mengantarkan mereka pada Album pertama, dari sekian banyak melewati bongkar pasang player,sebagaimana Anzarriva (vocal) dan Ryon (gitar) adalah player awal, sampai kemudian Anggi (bass) yang banyak membantu mereka di posisi additional telah menjadi player tetap di 2020, menyusul di tahun yang sama ipunk (drum) bergabung saat mereka mulai melakukan pengerjaan album dimana drumer sebelumnya fahmi cabut dari band untuk fokus keluarga.

    Saat ini mereka baru saja merampungkan pengerjaan album yang bertajuk "ADIKUASA", di bawah label MAXIMA MUSIC PRO (Bekasi,INA) dan mempersiapkannya untuk di sebar ke permukaan. 2 tahun terakhir ini mereka memang sedang gencar di perbincangkan di beberapa komunitas metal indonesia,,di tambah lagi Owner dari Xenophobic Record Perth, Australia (jason hutagalung) yang pernah mengurus "BURGERKILL" dan "DEATHVOMIT" untuk tour Australia, beliau tertarik oleh video clip promo mereka berjudul "Ambisi Teritori" yang di luncurkan pada tahun 2017 di youtube dan berniat untuk menggandeng mereka melakukan tour di negeri kanguru tersebut. "menurutku ya kalo kita sanggup berangkat ya ayo ,kalo enggak ya mau gmn lagi" celetukan Riyon.

    Selain itu mereka pernah masuk dalam majalah besutan Kieran james , Busuck Chronicle , Wales (UK/england), juga majalah online Xenophobic Entertaintment Australia kemudian menyusul majalah / media berita online nasional akhir" ini.

Sabtu, 27 Februari 2021

GRAUSIG Menjadi Salah Satu Band Paling Produktif Dengan Rilis "God Is It?"

     


Terbentuk di Jakarta pada tahun 1989, GRAUSIG tak terbantahkan adalah sebuah band yang konsisten mengusung musik Death Metal hingga saat ini. Sederet karya - karya yang telah dirilis dalam beberapa format rilisan membuktikan GRAUSIG sebagai band yang sangat produktif, Berdiri lebih dari 3 dekade dan mengalami beberapa perombakan formasi hingga sampai pada titik di mana ini bisa jadi salah satu formasi terbaik. Mame di posisi gitar yang saat ini dibantu dengan masuknya Agam menjadikan departemen gitar semakin padat dan berwarna.

Komunikasi musikal antara 2 gitar dan 3 personil lain yang masih dipegang oleh Bolonk (vocal), Ewin (Bass) dan Denny (Drums) termanifestasikan dalam single rilisan baru mereka di awal tahun 2021 ini.
Pesat melintang dari panggung ke panggung membuat mereka semakin solid on-stage dan off-stage. Sampai akhirnya pada Februari 2021 ini GRAUSIG bekerjasama dengan PLAYLOUD RECORDS untuk merilis sebuah single bertajuk "God, is it" yang diambil dari salah satu dari dua lagu yang terdapat di dalam rilisan ini.

Tajuk album yang cukup sarkastik ini menjadi penanda bahwa mereka adalah band yang konsisten dalam menyuarakan keresahannya melihat bagaimana nilai ketuhanan yang dipakai sebagai kendaran untuk mendapatkan kekuasaan dan kritik terhadap manusia - manusia serakah penghamba harta.

Secara musikal di 2 track yang terdapat di single ini GRAUSIG kembali mengemas kebrutalanya dengan apik. Flashback ke album Abandoned, Forgotten, & Rotting Alone dengan komposisi yang lebih variatif dengan part groovy disana sini dengan balutan sound yang padat berisi, ini merupakan pembuktian 3 dekade GRAUSIG untuk menghasilkan karya yang sangat patut diapresiasi dengan dirilisnya single 2 lagu kedalam bentuk rilsan fisik yaitu pro CD dengan jewel case sebagai casingnya. Single ini resmi dirilis tanggal 12 Februari 2021 bersaman dengan merchandise pendukungnya.

Jumat, 19 Februari 2021

PPKM Tak Menyurutkan DETRITIVOR Untuk Rilis "The Scattered Remains"

    



 Detritivor yang di-motori oleh Pambudi Agung Wibowo (vokal), Dimas Wirashakti (gitar), Ecky Nantya (gitar) dan Aryo Kusumojati (drum) merilis album studio perdana mereka yang bertitel “Scattered Remnants” via label Brutal Mind (Jakarta) tanggal 14 Februari 2021. Berisikan 9 track yang sarat akan amarah dan kebengisan coba dihadirkan oleh band death metal yang berbasis di Yogyakarta dan berdiri membawa bendera Jogjakarta Corpse Grinder  ini.

“Proses penggarapan album ini bisa dibilang tidak sebentar, terkendala pandemi sesi jadwal rekaman, mixing dan mastering yang seharusnya selesai di bulan April 2020 jadi mundur sampai bulan Oktober 2020” ungkap Dimas. Agung pun menambahkan pendalaman karakter tokoh yang dituangkan dalam lirik pada album ini benar-benar dijadikan fokus. “Menjadi orang lain dan membangun karakter yang diharapkan untuk kebutuhan lagu diperlukan ekstra tenaga agar feel yang sudah dibentuk oleh instrumen tidak kehilangan nyawa dan emosinya” lanjut Agung.

Sementara Aryo menyampaikan “Album studio perdana kami ini di rilis oleh label Brutal Mind, dicetak fisik berupa CD dan rilisan digital nantinya serta akan didistribusikan secara luas menggunakan jaringan distribusi label ” tambah Aryo. Sempat merekam dan merilis demo fisik berupa CD secara mandiri pada tahun 2019, sampai akhirnya di tahun yang sama melakukan sign kontrak kerjasama dengan label Brutal Mind yang memproduksi dan mendistribusikan album “Scattered Remnants” ini. Semua track dalam album ini disajikan dengan blastbeat yang intense dan riff gitar yang menyayat tentunya sangat layak dijadikan koleksi para penikmat dan pegiat musik metal. “Debut album ini akan menjadi perwujudan eksistensi dan menjadi awal nyata kiprah Detritivor di skena musik tanah air " tutup Ecky.




DROSOPHILA Persiapkan Peluncuran Album Terbaru Yang AKan Dirilis Sadist Records

    

    Sekira nya sudah hampir 4 tahun kebelakang, , band metal asal Jogja, yakni DROSOPHILA  tidak menampakkan pergerakan. Entah apa alasan nya mereka seperti mengubur diri jauh kedalam. Namun bermodalkan tekad yang kuat akhirnya kereka mampu kembali bangkit dan mengeluarkan single - single mereka beberapa waktu lalu.

    Dengan konsep yang berbeda dengan Drosophila yang dulu, band yang digawangi oleh Safiq (Guitar) , Erly (Bass) dan Bono (Drum) ini dikabarkan telah menyelesaikan rekaman materi yang akan tersaji di album terbaru mereka. Proses rekaman ini sendiri dilakukan secara mandiri dan dilakukan di Shatomedia, atau kediaman sang gitaris, Safiq. Rumor mengatakan album mereka akan berisikan 10 track dan akan dirilis via Sadist Record akhir bulan April 2021.



Minggu, 31 Januari 2021

"Massacre From Meiji Ishin" Dari DEATH PROPHECY", Sebuah Pembuktian Keganasan Metal Salatiga

 


Salatiga mungkin bukanlah kota besar layaknya kota-kota lain di Jawa Tengah seperti Solo atau Semarang. Tapi siapa sangka dari sinilah mucul salah satu unit slamming brutal death metal yang patut diperhitungkan. Mereka adalah DEATH PROPHECY band yang belum lama ini mengeluarkan album perdana mereka via label asal Malang, GORESEPSIS Records Dalam album yang diberi titel "Massacre From Meiji Ishin" ini, bercerita tentang kekejaman yang terjadi di Jepang pada era Meiji.

Album ini menyajikan 9 track slamming yang pasti sangat patut untuk kalian dengarkan. Ditambah paduan cover art garapan Adi Dechristianize , semakin meleburkan kita dengan konsep era Meiji yang disajikan oleh Death Prophecy.